Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dipakai dalam berbagai keperluan untuk menyampaikan informasi, ide, dan gagasan kepada orang lain. Salah satu medianya adalah buku atau tulisan.
Melalui tulisan, penulis bisa menyampaikan ide dan gagasannya tentang suatu peristiwa atau fenomena sosial di masyarakat. Dalam konteks ini, bahasa tulis menjadi alat krusial bagi penulis untuk menjelaskan ide dan gagasan kepada pembaca. Oleh karena itu, dibutuhkan bahasa tulis yang efektif sekaligus mudah dipahami oleh pembaca.
Kemudian, agar memudahkan pembaca penulis dituntut untuk menggunakan bahasa yang baik dan menghindari kesalahan dalam penulisan. Namun, dalam praktiknya sering kita jumpai sebuah artikel atau buku yang sudah dipublikasi masih terjadi kesalahan, baik dari ejaan, pengunaan bahasa yang tidak tepat, salah ketik, dan lain sebagainya.
Namun, fenomena semacam itu tidak boleh dinormalisasi dan terjadi. Apalagi, tulisan yang diterbitkan sangat penting dan banyak ide yang cemerlang. Kalau kesalahan penulisan itu terjadi, bisa saja ide cemerlang tadi malah terlihat kusut dan tidak dipahami secara baik oleh masyarakat luas. Sayang sekali, bukan?
Meski sebelum penerbitan naskah penulis dibantu oleh editor penerbit, sejak awal hingga diterbitkan, penulis harus melakukan editing mandiri atau memeriksa kembali kata per kata, kalimat per kalimat, paragraf per paragraf, dan lain sebagainya untuk meminimalisir revisi dalam naskah.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui LIPI Press memberikan metode praktis dan sederhana untuk penulis dalam mengedit naskah. Metode itu dinamakan SEKSI-B, yaitu:
S: Spasi
Pastikan hanya ada spasi tunggal/tidak ada spasi ganda.
E: Ejaan
Pastikan semua ejaan sudah benar atau tidak salah ketik. Ketika penulis ada keraguan dalam sebuah pemilihan kata, melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kunci.
K: Kata dan Kalimat
Pastikan semua kata dan kalimat sudah testruktur dengan baik dan mudah dipahami.
S: Sumber
Pastikan semua sumber dalam teks (sitasi/kutipan) sudah tertulis di daftar Pustaka dan ditulis berdasarkan style pendokumentasian sumber yang berlaku.
I: Ilutrasi/Gambar/Tabel/Diagram/Infografik
B: Baca kembali
Setelah tulisan sudah jadi dan dirasa siap dipublikasi atau dicetak, diamkan tulisan itu sebentar. Bisa dilakukan sembari makan, nonton film, atau kegiatan-kegiatan lain. Tujuannya adalah menghindari kesuntukan dan memberi kesegaran berpikir. Setelah itu dilakukan, periksa dan baca kembali tulisan tersebut.
Baca juga : Mengungkap Rahasia Cara Menulis dan Menerbitkan Buku
Tips Mengubah Hasil Penelitian menjadi Buku
Mengenal Kerja Editor dan Proofreader dalam Sebuah Penerbit Buku
Metode di atas harus menjadi pedoman seorang penulis sebelum tulisannya dipublikasi. Kalau ibarat salat, metode di atas wajib dilakukan seorang penulis. Sebab, melalui cara demikian tulisan yang dihasilkan akan minim terjadi kesalahan dan pesan yang disampaikan melalui tulisan itu dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. Sejatinya, penulis adalah editor terbaik bagi tulisannya sendiri.