Setiap pagi aku terbangun, maka kubawa rindu yang tersimpan dari mimpi/ Tentang bayangmu, yang tak pernah beranjak menepi/Terkadang begitu perih, seperti sembilu menyayat merintih (Tentang Rinduku)
Pada kapal yang memecah gelombang rendah, aku memandang jauh
Tentang menahan rindu yang membuncah, sebelum kapal melempar sauh
Beberapa burung berlarian di udara, menyibak angin dingin
Aku mengejarnya dengan tatapan mata, mengurai tentang ingin (di seberang Selat Sunda)
Pada ujung waktu aku menanam gelisah nan dalam
Di puncak Prambanan kuletakkan siluet wajahmu dalam sinar temaram
Senja yang sedih, sepotong doa yang lirih
Akan harapanku yang mungkin tak teraih (Kau Adalah Bintang Cemerlang)