Anda seorang dosen dan ingin cepat mendapatkan kenaikan jabatan akademik? Menerbitkan buku monograf dan buku referensi wajib dilakukan. Karena dua karya ilmiah tersebut memiliki angka penilaian tertinggi. Apa perbedaan dari karya ilmiah tersebut?
Buku Monograf
Buku monograf merupakan karya ilmiah terbitan tunggal. Jadi hanya diterbitkan satu jilid saja atau tidak berkelanjutan. Buku ini dipublikasikan secara lengkap dalam satu atau beberapa volume. Dengan begitu, buku ini bisa sebagai pembeda dengan terbitan berseri. Apa saja yang menjadi ciri khasnya?
- Buku monograf memuat satu atau beberapa topik bidang keilmuan yang masih saling berkaitan.
- Buku yang dibahas harus sesuai dengan kompetensi penulis.
- Harus sesuai dengan kaidah ilmiah dan estetika keilmuan secara utuh. Meliputi nilai kebaharuan pada rumusan masalah, metodologi pemecahan masalah, teori mutakhir atau dukungan data lengkap dan jelas, kesimpulan serta daftar pustaka.
- Buku ini tidak boleh menggunakan hasil penelitian dari tesis atau disertasi.
- Mudah ditelusuri secara online, karena biasanya dipublikasikan di laman perguruan tinggi.
- Penulis biasanya hanya satu orang.
- Tebal buku monograf minimal 40 halaman dengan format UNESCO, berukuran 15cm x 23cm.
- Buku monograf bisa diterbitkan oleh organisasi, badan ilmiah, perguruan tinggi atau penerbit
- Buku dilengkapi dengan ISBN (International Standard Books Number) dan bisa diakses oleh seluruh masyarakat.
- Isi buku monograf tidak bertentangan dengan UUD 1945 dan Pancasila.
Buku Referensi
Buku referensi adalah suatu media yang mengumpulkan informasi, dan fakta yang saling terkait dalam satu bidang ilmu pengetahuan. Penyajian buku ini harus ringkas, padat dan tentunya mudah dipahami pembaca. Nah, apa saja yang menjadi ciri dari karya ilmiah ini?
- Hasil dari penelitian. Sebelum menulis buku referensi, maka harus melakukan penelitian terlebih dahulu. Agar penyajiannya jelas sumbernya, tidak hanya sekadar imajinasi dari penulis.
- Dosen bisa memanfaatkannya sebagai bahan mengajar. Karena berasal dari hasil penelitian ilmiah. Sehingga bahasan buku bisa diajarkan kepada para mahasiswa.
- Bahasan sesuai alur logika. Urutan keilmuan atau alur logika harus diterapkan dalam penulisan buku referensi. Sebagai contoh dimulai dengan penentuan topik, dilengkapi ilustrasi dan penjelasan memadai.
- Menggunakan bahasa formal. Oleh karena digunakan dalam pengajaran, dan informasinya lebih mudah dipahami. Jadi, berbagai kalangan tetap bisa menggunakannya. Tidak tertutup bagi dosen dan mahasiswanya saja.
- Hanya membahas satu bidang ilmu tertentu. Dengan begitu, terhindar dari salah persepsi ketika mempelajari buku referensi.
- Dilengkapi dengan ISBN (International Standard Books Number). Sehingga bisa diedarkan dan digunakan seluruh kalangan masyarakat.
- Sebagai acuan dalam penulisan buku referensi. Karya ilmiah ini bisa juga dimanfaatkan sebagai sitasi, referensi dan dicantumkan dalam daftar referensi karya ilmiah. Ini sebagai bukti kalau buku referensi yang disusun memang merupakan hasil penelitian ilmiah.
- Ketebalan buku harus sesuai ketentuan. Minimal harus memiliki 40 halaman. Sedangkan jenis kertas yang digunakan adalah sesuai standar Unesco dengan dimensi minimal 15,5 cm x 23 cm.
- Fokus utama penulisan buku ini adalah pada jumlah dan referensi data secara komprehensif. Dengan demikian bisa menerangkan suatu hal dengan menyuguhkan keterangan secara luas serta lengkap. Sehingga pembaca memiliki wawasan yang lebih baik.
Beberapa contoh dari buku referensi adalah handbook, guidebooks, ensiklopedia, buku indeks dan abstrak, buku biografi, publikasi penelitian dan publikasi pemerintahan.
Nah, itulah perbedaan buku monograf dan buku referensi, yang sangat penting dipahami setiap dosen. Bila masih bingung, segera menghubungi penerbit terpercaya. Agar bisa mendapatkan pendampingan dan dibantu proses penerbitannya.