Bagi Anda para penulis naskah fiksi, pasti tak asing dengan penggunaan dialog dan monolog. Dua tipe percakapan ini biasanya sering digunakan oleh para tokoh dalam cerita. Tanpa adanya dialog maupun monolog, sebuah cerita akan terasa membosankan, monoton, dan bisa jadi menyulitkan pembaca untuk bisa lebih merasakan cerita yang dibaca.
Baik dialog dan monolog, keduanya biasa ditemui juga dalam sebuah drama yang diperankan para lakon. Nah, dalam cerita fiksi, penggunaannya dilakukan oleh para tokoh secara tertulis. Meskipun keduanya sama-sama berupa percakapan, nyatanya ada perbedaan mencolok yang wajib dipahami. Berikut adalah perbedaan dialog dan monolog serta ciri-ciri dari keduanya.
- Dialog
Dialog adalah percakapan secara lisan atau tertulis yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Berdialog adalah suatu hal yang hampir selalu dilakukan oleh manusia, seperti mengobrol bersama teman atau berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Baca juga: Jenis-Jenis Genre Buku: Pemahaman yang Mendalam tentang Ragam Sastra
Berikut adalah ciri-ciri dialog:
- Dilakukan oleh paling tidak dua orang
- Membahas suatu topik
- Pelaku dialog harus saling mengerti, salah satunya dengan menggunakan bahasa yang sama
- Saling mendengarkan
Dialog bisa dilakukan oleh dua orang atau lebih dan saling berbicara membahas suatu topik dengan bahasa yang sama. Jika pelaku dialog menggunakan bahasa yang berbeda, bisa jadi menimbulkan kesalahpahaman atau miss communication. Selain itu, dialog dilakukan dengan satu pihak berbicara dan pihak lainnya mendengarkan sehingga terjadi sebuah percakapan di dalamnya.
Berikut adalah contoh penggunaan dialog dalam naskah cerita pendek:
Berhenti Mengeluh
Dengan langkah tergopoh-gopoh, Anindya memasuki ruang ujian. Di hari pertamanya mengikuti ujian kenaikan kelas, ia justru terlambat karena terjebak hujan. Meski pakaiannya sedikit basah karena percikan hujan, pengawas ujian masih berbaik hati mempersilakan dirinya mengikuti ujian. Namun, tak ada tambahan waktu karena keterlambatan yang dialaminya.
Dengan napas yang masih tak beraturan, Anindya mengeluarkan pena dan alat tulis lainnya baru meletakkan tas di belakang kelas. Hening menyelimuti karena semua siswa fokus pada soal-soal sosiologi itu. Tiga puluh menit berlalu, satu per satu teman sekelasnya mulai mengumpulkan jawaban. Anindya berusaha fokus dan memaksimalkan sisa waktunya. Lima menit sebelum waktu habis, akhirnya ia mengumpulkan lembar jawaban miliknya.
“Huh! Gara-gara hujan, aku jadi terlambat,” ujar Anindya kepada temannya, Riska.
“Tapi setidaknya kamu masih bisa mengikuti ujian, jadi jangan terlalu dipermasalahkan,” jawab Riska sambil meminum es cekeknya.
Anindya mendengus, “Tetap saja! Jika tidak terjebak hujan, pasti aku bisa lebih fokus mengerjakan soal-soal itu. Sosiologi adalah pelajaran kesukaanku.”
“Berhenti mengeluh, nilaimu selalu yang tertinggi di pelajaran sosiologi. Aku yakin ujian hari ini, kamu jadi juaranya lagi.” Riska menenangkan.
“Huft! Tetap saja….”
“Berhenti mengeluh, Anin. Kamu mengkhawatikan nilaimu yang selalu di atas 90 kepada temanmu ini yang selalu langganan remedial,” kata Riska memotong kalimat Anindya karena kesal pada akhirnya.
Anindya menampakkan jejeran gigi putihnya, tersenyum canggung. “Hehehe, aku minta maaf. Ayo aku traktir bakso sebagai permintaan maaf.”
Senyum Riska muncul seketika. Kedua teman sekelas itu akhirnya berjalanan beriringan menuju kantin sekaligus menunggu ujian mata pelajaran berikutnya.
- Monolog
Monolog adalah jenis percakapan yang hanya dilakukan oleh satu orang. Tokoh dalam cerita akan berbicara sendiri atau ngomong sendiri tentang suatu peristiwa atau kejadian yang dialami.
Berikut adalah ciri-ciri monolog:
- Pelaku hanya satu orang, tidak ada lawan bicara
- Lebih sering digunakan untuk seni teater dan seni peran. Monolog jarang digunakan dalam drama, sinetron, atau FTV
- Menggunakan tema tertentu dengan pesan narasi deskriptif
- Lebih tepat dan cocok digunakan untuk dialog bisu atau memadukan komunikasi lewat gerakan atau sendirian
Berikut adalah contoh monolog dalam cerita pendek.
Ketika Malam Datang
Malam adalah teman bagi kesendirian Lail. Gadis itu selalu merindukan malam karena hanya malam yang bisa menyembunyikan kesedihannya. Jika Tuhan memberinya satu kesempatan untuk dikabulkan doanya, Lail akan meminta mala mini menjadi lebih panjang dari biasanya.
Dengan memeluk lututnya dan menatap jalanan dari balkon kamarnya, Lail mulai merenungkan apa yang telah dilewatinya hari ini.
“Kenapa sih aku tadi menyapa Agni? Kan jadinya meledek ayah lagi,” gumamnya. “Lagian ayah juga sih, kenapa korupsi segala. Kan jadinya aku jadi bahan bulan-bulanan di sekolah.”
Lail kemudian menunduk, memudahkan air matanya keluar.
“Ayah di penjara, ibu juga enggak ada.” Lail menegakkan kepalanya, menatap ke arah langit malam yang dipenuhi bintang-bintang malam ini.
“Ibu tahu ya kalau ayah bakal korupsi dan masuk penjara? Makanya ibu pergi duluan ninggalin Lail sendirian. Pasti di surga ibu lagi lihatin Lail, ibu gak kasihan Lail kesepian tiap hari?” keluhnya.
Lail terus menatap bintang-bintang, khususnya satu bintang yang sangat terang. Ia meyakini jika itu adalah ibunya. Hanya bintang yang menemaninya tiap malam, bintang yang semoga benar-benar adalah ibunya.
Demikian perbedaan dialog dan monolog serta ciri-ciri dan contohnya. Semoga bisa menambah pengetahuan kita semua. ***