Menggali Prosa Lama Sebagai Bahan Tulisan yang Unik untuk Diterbitkan
Prosa merupakan karangan bebas yang tidak terikat pada irama, larik, dan rima seperti halnya puisi. Prosa sendiri menurut William R. Bascom, cerita prosa rakyat dapat dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu mitos, legenda, dan dongeng. Di Indonesia banyak sekali cerita daerah-daerah yang tersebar bahkan hampir setiap daerah memiliki cerita tersendiri seperti cerita rakyat, lengenda, mitos maupun dongeng.
Prosa lama di Indonesia yang berupa cerita daerah itu pun sudah ada sejak zaman dahulu, bahkan sebelum kemerdekaan Indonesia itu sendiri. Dari banyaknya cerita daerah yang ada di Indonesia, ada satu cerita daerah yang akan dijadikan contoh untuk mengetahui apakah cerita daerah tersebut termasuk dalam ciri-ciri prosa Indonesia lama dan termasuk dalam salah satu jenis prosa Indonesia lama atau bukan.
Ada begitu banyak prosa lama yang memiliki potensi untuk didokumentasikan. Akan tetapi ketidaktahuan masyarakat dalam proses penggolongannya terkadang yang menjadi masalah. Berikut ini dua ciri-ciri utama berdasarkan contoh sebuah cerita daerah “Gua Jatijajar” yang terdapat di daerah Desa Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen.
-
Terbentuk oleh masyarakat dan hidup di tengah-tengah masyarakat
Dalam cerita tersebut diceritakan tentang sebuah tempat bernama Gua Jatijajar, yang memiliki hubungan dengan cerita Legenda Lutung Kasarung yang berasal dari Jawa Barat.
Cerita Gua Jatijajar sering menjadi bahan pembicaraan warga setempat, tidak hanya para orang tua atau sepuh, melainkan juga anak-anak. Cerita Gua Jatijajar hidup di tengah-tengah masyarakat karena berasal dari masyarakat itu sendiri, serta masyarakat setempat mempercayai akan satu hal bahwa di Gua Jatijajar terdapat Sendang yang dipercaya dapat membuat siapa saja yang membasuh muka akan awet muda.
Bukti dalam cerita tersebut sebagai berikut: di dalam gua terdapat sungai bawah tanah yang masih aktif. Ada juga dua sendang, yakni Sendang Kantil dan Sendang Mawar. Di dua sendang yang bisa didekati pengunjung itu masih dipercayai, yang mau membasuh muka dengan air sendang bisa awet muda.
Namun pada dasar Sendang Kantil dijumpai lubang sempit memanjang, sehingga menelusuri gua itu harus melalui penyelaman. Masih ada lagi dua sendang, yakni Sendang Jombor dan Puserbumi. Kedua sendang ini dikeramatkan. Hanya dengan izin pengelola, lorong gua itu boleh dilalui. Orang tertentu yang punya keinginan, dengan menaruh sesaji di sendang itu, konon akan dikabulkan doanya.
-
Tidak mengindahkan sejarah atau perhitungan tahun
Asal muasal gua Jatijajar memang tidak banyak orang yang mengetahui secara persis, ada dua versi mengenai asal-usul gua Jatijajar.
Pertama, setelah Jayamenawi menemukan gua, tak lama kemudian Bupati Ambal, salah satu penguasa Kebumen waktu itu, meninjau lokasi tersebut. Saat mendatangi gua, dia menjumpai dua pohon jati tumbuh berdampingan dan sejajar pada tepi mulut gua. Dari kisah itu lalu ditemukan istilah Jatijajar, dari kata jati yang sejajar.
Versi kedua, saat Kamandaka dikejar-kejar, dari dalam gua ia menyebutkan jati dirinya. Ia mengaku sebagai putra mahkota Pajajaran. Dari kisah itu muncul kata sejatine (sebenarnya) dan Pejajaran. Nama Gua Jatijajar lalu terkenal hingga saat ini.
BACA ARTIKEL ‘Pahami Pengertian Sastra Populer‘
Menggali Prosa Lama Sebagai Bahan Tulisan yang Unik untuk Diterbitkan