fbpx
Lompat ke konten

Bintang Pustaka I Penerbit Buku Pendidikan I Anggota IKAPI

Klausa dan Kalimat: Perbedaan dan Contohnya

Klausa dan Kalimat: Perbedaan dan Contohnya. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah pondasi utama dalam berkomunikasi secara efektif, terutama dalam konteks menulis. Seorang penulis perlulah memiliki pemahaman yang kuat terhadap tata kalimat bahasa Indonesia. Sebab hal itu adalah kunci agar pesan di dalam tulisan bisa sampai secara jelas dan tepat kepada pembaca.

Dalam tata bahasa Indonesia, kita mengenal istilah “klausa” dan “kalimat”. Pada proses menulis, penting untuk memahami perbedaan kedua istilah ini agar tulisan kita lebih efektif. Mari kita bedah bersama perbedaan antara klausa dan kalimat dalam tata bahasa Indonesia.

 

Perbedaan Secara Definisi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring (2016), klausa adalah “satuan gramatikal yang mengandung predikat dan berpotensi menjadi kalimat”. Adapun untuk kalimat dalam KBBI ada tiga:

“(a) kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep dan pikiran; (b) perkataan; dan (c) satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual atau potensial terdiri atas klausa.”

Menurut Sasongko (2015) dalam bukunya berjudul Kalimat, definisi klausa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas sekelompok kata dan sekurang-kurangnya memiliki subjek dan predikat. Terdapat beberapa jenis klausa: klausa adverbial, klausa aktif, klausa bebas, klausa nominal, klausa pasif, klausa terikat, dan sebagainya.

Di buku yang sama, Sasongko (2015) juga menjelaskan definisi kalimat, yaitu satuan terkecil dari bahasa yang dapat mengungkapkan ide dan informasi secara utuh/lengkap. Terdapat beberapa jenis kalimat: kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat berita, kalimat perintah, dan sebagainya.

Dalam percakapan sehari-hari (lisan), sebuah kalimat akan ditandai dengan alunan titinada, keras lembutnya suara, disela oleh jeda, dan diakhiri nada selesai. Sementara dalam tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Di dalam kalimat bisa disertai dengan tanda baca lainnya seperti tanda koma, tanda hubung, dan/atau tanda kurung.

Untuk memahami perbedaan klausa dan kalimat lebih jauh, perhatikan contoh berikut.

Contoh 1

  • Gafur berkata (klausa)
  • bahwa ia akan menyelesaikan kuliah S-2 tahun depan (klausa)
  • Gafur berkata bahwa ia akan menyelesaikan kuliah S-2 tahun depan. (kalimat [terdiri atas dua klausa])

Contoh 2

  • Icha sangat pintar (klausa)
  • dia bisa menyelesaikan tugasnya dengan cepat (klausa)
  • Icha sangat pintar dan dia bisa menyelesaikan tugasnya dengan cepat. (kalimat [terdiri atas dua klausa])

 

Anatomi Klausa vs Kalimat

Menurut Sasongko (2015), klausa memiliki potensi untuk menjadi kalimat. Hal yang sama juga ada dalam KBBI daring (2016). Namun, sebuah tuturan bukanlah kalimat apabila informasinya belum utuh.

Ramlan (1987), dalam bukunya  Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis, membagi dua jenis struktur klausa: klausa lengkap dan tidak lengkap. Klausa lengkap adalah klausa yang setidak-tidaknya terdiri atas subjek dan predikat. Sementara itu, klausa tidak lengkap adalah klausa yang tidak memiliki subjek.

Mari bedah bersama anatomi klausa vs kalimat berikut ini agar lebih memahami perbedaan keduanya.

(1) Beni akan makan.                         (2) makan di rumah Wanda.

         S           P                                                     P         Ket.tempat

 

Contoh (1) adalah klausa lengkap. Sebab klausa tersebut memiliki subjek (S) dan predikat (P). Pada contoh di atas, subjeknya adalah kata saya, sedangkan predikatnya adalah frasa akan makan. Sementara itu, contoh (2) adalah klausa tidak lengkap sebab klausa tersebut tidak memiliki subjek (S), tetapi hanya memiliki predikat (P), yaitu makan dan Ket. tempat, yaitu di rumah Wanda.

Berikut ini adalah contoh anatomi kalimat.

Tina sering terlambat makan sehingga sakit magnya sering kambuh.

 

Apabila kita bedah bersama, kalimat di atas terdiri atas dua klausa, yaitu

Klausa (1) : Tina sering terlambat makan

S                 P

Klausa (2) : sehingga sakit magnya sering kambuh

S                      P

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa ada dua klausa yang membentuk kalimat dan setiap klausa memiliki subjek (S) dan predikat (P).

Meski demikian, ada juga kalimat yang hanya terdiri atas satu kata, contohnya: Hati-hati! Tuturan ini disebut kalimat karena dianggap telah mengungkapkan suatu pikiran yang lengkap.

 

Pentingnya Memahami Perbedaan Klausa dan Kalimat

Bagi penulis

Pemahaman yang baik tentang klausa dan kalimat sangatlah penting agar kemampuan berbahasa dan berkomunikasi kita semakin meningkat. Jika kita paham perbedaan klausa dan kalimat, kita bisa memahami dan menyusun struktur kalimat dengan lebih baik. Hal ini mencakup bagaimana klausa digunakan dalam sebuah kalimat dan bagaimana mereka dibentuk. Pemahaman ini juga penting untuk seorang editor atau penulis agar lebih mudah mengenal dan mengoreksi tata bahasa dalam tulisannya. Dengan demikian, pesan yang ingin disampaikan menjadi lebih jelas dan akurat.

Bagi keterampilan komunikasi sehari-hari

Di samping menulis, pemahaman terhadap klausa dan kalimat juga penting dalam komunikasi sehari-hari dan juga dalam diskusi formal di lingkungan akademis. Dengan pemahaman yang baik tentang struktur kalimat, seorang dosen misalnya, dapat menyampaikan materi kuliah dengan efektif, jelas, dan teratur. Pemahaman ini juga membantu pembicara untuk menyampaikan informasi dengan menarik tetapi tetap informatif.

 

Demikian, perbedaan klausa dan kalimat serta pentingnya memahami perbedaan kedua unsur bahasa tersebut dalam kegiatan menulis dan berkomunikasi sehari-hari.

klausa dan kalimat

Tertarik untuk menerbitkan hasil penelitian menjadi buku? Hubungi admin kami melalui kontak berikut: 0858 6534 2317 (Admin 1). Cek juga penawaran paket penerbitan lainnya, klik tautan ini.