Fungsi dan Penggunaan Huruf Miring yang Tepat
Penggunaan huruf miring yang tepat tentunya harus diperhatikan. Huruf miring dapat memberikan makna dan pemahaman kepada pembaca. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) telah memberikan ketentuan tentang penggunaan huruf miring dalam sebuah ragam bahasa tulisan. Di dalam buku pedoman EBI yang dikeluarkan oleh Kemendikbud pada 2016 disebutkan tentang kriteria-kriteria penggunaan huruf miring. Simak uraian berikut ini untuk mengetahui fungsi dan penggunaannya yang tepat.
1. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka
Contoh:
– Buku yang saya jadikan bahan penelitian skripsi adalah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka dan Kasih Tak Sampai karangan Marah Rusli.
– Setiap bulan Tempo mempublikasikan majalah, awal bulan November ini majalah yang diterbitkan bertajuk Umi Sardjono dan Stigma Masyarakat.
– Silaban, D. M. P., Situmorang, H., & Takari, M. (2015). Tradisi Lisan Nyanyian Rakyat
Anak-Anak pada Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten
Humbang Hasundutan. Tesis, tidak diterbitkan, Universitas Sumatera Utara.
– Soemodidjojo, R. (1994). Kitab Primbon Betaljemur Adammakna. Yogyakarta: Penerbit
Soemodidjojo Mahadewa.
2. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata dalam kalimat
Contoh:
– Penulisan di- pada kata ditinggalkan memang seharusnya disambung seperti itu.
– Seharusnya yang ditulis bukan bukan, melainkan tidak.
3.Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing.
Contoh:
– Sekolah menengah atas pada zaman Belanda disingkat AMS (Alegemene Middelbare School)
– Ketika perayaan musim semi di Cina, mereka lazim mengucapkan chun jie kuai le yang artinya semoga bahagia di musim semi.
– Gong Xi Fat Chai memiliki arti semoga selalu diberikan kemakmuran, biasanya ungkapan tersebut diucapkan pada tahun baru Imlek.
– Ungkapan untuk memberi selamat atau salam di Hawai adalah aloha, yang berarti kasih.
Selain tiga ketentuan di atas, digunakan atau tidaknya huruf miring juga perlu diperhatikan dalam beberapa kondisi. Setiap nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring. Namun, kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang dikutip secara langsung dalam teks berbahasa Indonesia harus ditulis dengan huruf miring.
Di samping itu, penggunaan huruf miring pada era mesin tik (bukan komputer) memiliki ketentuan yang khusus. Ketika perlu menggunakan keterangan huruf miring, fungsi tersebut bisa digantikan dengan menggunakan garis bawah pada kata, bagian kata, atau kelompok kata dalam kalimat naskah tulisan tersebut. Hal itu berlaku juga pada saat membuat tulisan tangan. Cukup tambahkan garis bawah, maka fungsinya akan sama dengan penggunaan huruf miring.
Fungsi dan Penggunaan Huruf Miring yang Tepat