Buku ini menuturkan secara runut, bagaimana penulis menggambarkan sejak episode awal sampai akhir pandemi Covid, sesuai peran multitasking-nya.
Pada episode awalnya timbul berbagai stigma, hoaks, rumor dan lainnya di masyarakat tentang Covid ini. Sebagai Sekjen Persi Sumbar kala itu, merekam perjuangan di balik dinding tembok rumah sakit, mengimbau publik via media massa untuk memahami situasi di hilir. Sebagai anggota IDI, berupaya mengingatkan teman sejawat dokter untuk senantiasa “aware”, menjaga kesehatan sendiri sebelum menyehatkan orang lain.
Penulis juga mengaitkan kebiasaan, dari rumah tangga/keluarga sendiri, sebagai pembentuk karakter perilaku dasar masyarakat ketika menghadapi pandemi Covid. Sebagai pengurus Persatuan Dokter Keluarga Indonesia, bersama dengan Ketua Umum PDKI kala itu, mengemukakan pentingnya peran edukasi keluarga.
Sebagai Ibu, memberi pesan mandeh kepada anak-anak, selalu mengingatkan 3 M. Sebagai istri dokter, dari suami yang stroke mencoba mengambil hikmah dari ujian yang datang.
Tak lupa, selaku wanita muslimah mencoba mencari makna-makna dari sisi spiritual keagamaan, selama menghadapi pandemi.
Sebagai warga negara yang kala itu dihadapkan dalam situasi dilematis untuk ikut serta memilih dalam pilkada.
Beberapa peristiwa kematian tokoh terkenal selama pandemi, pengalaman vaksinasi, dampak menyurutnya pandemi menjadi endemi, serta peristiwa yang memperlihatkan euphoria masyarakat jelang akhir Covid yang berujung kematian massal termaktub di dalam buku Bunga Rampai Covid-19 ini.