Lompat ke konten

Bintang Pustaka I Penerbit Buku Pendidikan I Anggota IKAPI

Kata-Kata Baku yang Masih Salah Tulis Edisi Ramadan

Bahasa Indonesia memiliki banyak kata baku yang sering kali abai dalam penulisannya, misal pada momen khusus Ramadan. Awalnya ejaan Bahasa Indonesia yang salah mungkin terlihat sepele, tetapi penggunaan kata baku sebenarnya menunjukkan penghormatan terhadap bahasa yang kita gunakan.

Pengertian Kata Baku dan Tidak Baku

  • Kata Baku adalah kata yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia dan telah tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Pemakaian kata baku biasanya dalam situasi formal seperti penulisan artikel, karya ilmiah, surat resmi, atau komunikasi resmi lainnya.
  • Kata Tidak Baku adalah kata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Penggunaan kata tidak baku lebih sering dalam percakapan sehari-hari atau komunikasi informal.

 

Kata Baku yang Masih Sering Salah Tulis (Edisi Ramadan)

 

1. Ramadan (Bukan Ramadhan)

Kata yang benar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah Ramadan, tanpa huruf “h” setelah “d”. Artinya, bulan ke-9 tahun Hijriah. Kata ini berasal dari bahasa Arab Ramadan dan telah diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan penyesuaian ejaan. 

2. Idulfitri (Bukan Idul Fitri)

Banyak orang keliru menulis kata ini dengan memisahkan tulisan Idul dan Fitri. Padahal sebenanya, penulisan yang baku adalah Idulfitri, yaitu satu kata tanpa spasi. Istilah ini berasal dari bahasa Arab Id al-Fitr yang berarti “hari raya berbuka puasa” dan telah mengalami penyesuaian sesuai kaidah bahasa Indonesia.

3. Kurban (Bukan Qurban)

Kata Kurban yang merujuk pada penyembelihan hewan sebagai ibadah, khususnya pada Hari Raya Iduladha, berasal dari bahasa Arab Qurban. Selanjutnya dalam bahasa Indonesia, kata ini mengalami penyesuaian dengan menggantikan huruf “Q” dengan “K” agar sesuai dengan sistem fonologi Indonesia.

Baca juga:

 

4. Salat (Bukan Sholat, Shalat, Solat)

Bentuk yang benar dalam bahasa Indonesia adalah Salat, bukan Sholat. Hal ini karena kata tersebut berasal dari bahasa Arab Salat dan telah melewati penyesuaian dengan ejaan bahasa Indonesia yang tidak menggunakan “sh”. Meski demikian, pada masyarakat, kita masih sering menemukan penulisan sholat atau shalat.

5. Zakat Fitrah (Bukan Zakat Fitri)

Penulisan yang benar adalah Zakat Fitrah, yang berasal dari bahasa Arab Zakat al-Fitr. Apabila ditelusuri, kata ini merujuk pada zakat wajib yang ada saat Ramadan berakhir.

6. Iktikaf (Bukan Itikaf)

Kata Iktikaf yang berarti berdiam diri beberapa waktu di dalam masjid sebagai suatu ibadah dengan syarat-syarat tertentu berasal dari bahasa Arab I’tikaf. Selanjutnya dalam bahasa Indonesia, huruf hamzah (‘) tidak ditulis, menghasilkan bentuk “Iktikaf”.

7. Tarawih (Bukan Taraweh atau Terawih)

Kata yang benar menurut KBBI adalah Tarawih, bukan Teraweh atau Terawwih. Kata ini berasal dari bahasa Arab Tarawih yang berarti salat sunah pada malam hari (sesudah isya dan sebelum subuh) di bulan Ramadan. Selanjutnya, penyesuaian dalam bahasa Indonesia menghilangkan huruf “w” ganda untuk kemudahan pelafalan.

8. Lailatulqadar (Bukan Lailatul Qadar)

Penulisan yang baku adalah Lailatulqadar, tanpa spasi. Istilah ini berasal dari bahasa Arab Lailat al-Qadr yang berarti “malam kemuliaan”. Selanjutnya, penyerapan ke dalam bahasa Indonesia mengikuti aturan penulisan tanpa pemisahan kata.

9. Infak (Bukan Infaq)

Kata Infak yang berarti mengeluarkan harta di jalan Allah berasal dari bahasa Arab Infaq. Selanjutnya dalam bahasa Indonesia, penggunaan huruf “q” mengalami penyesuaian menjadi “k” sesuai dengan kaidah ejaan.

10. Zikir (Bukan Dikir atau Dzikir)

Penulisan yang benar adalah Zikir, bukan Dzikir. Kata ini berasal dari bahasa Arab Dhikr, yang berarti menyebut atau mengingat Allah. Selanjutnya dalam bahasa Indonesia, huruf “Dh” berubah menjadi “Z”.

11. Wudu (Bukan Wudhu, Wuduk, Uduk, atau Udu)

Kata yang benar adalah Wudu. Berasal dari bahasa Arab Wudu’, istilah ini merujuk pada tindakan menyucikan diri (sebelum salat) dengan membasuh muka, tangan, kepada, dan kaki. Selanjutnya, penyesuaian ejaan ke dalam bahasa Indonesia menghilangkan tanda apostrof dan menggunakan “u” sebagai vokal terakhir.

12. Azan (Bukan Adzan, Adhan, atau Adan)

Kata yang baku adalah Azan, bukan Adzan. Istilah ini berasal dari bahasa Arab Adhan, yang berarti panggilan untuk mengajak orang melakukan salat berjamaah. Selanjutnya, penyesuaian ejaan dalam bahasa Indonesia menghilangkan huruf “h” dan menggunakan bentuk yang lebih sederhana.

13. Takwa (Bukan Taqwa)

Bentuk yang benar dalam bahasa Indonesia adalah Takwa, bukan Taqwa. Kata ini berasal dari bahasa Arab Taqwa yang berarti kesalehan atau ketaatan kepada Allah. Selanjutnya penyesuaian ejaan menghilangkan huruf “q” menjadi “k”.

14. Zuhur (Bukan Dzuhur, Duhur, Juhur, Lohor, atau Zohor)

Penulisan yang baku adalah Zuhur. Kata ini berasal dari bahasa Arab Dhuhr, yang merujuk pada waktu salat tengah hari. Selanjutnya dalam bahasa Indonesia, ejaan “Dh” menjadi “Z”.

15. Asar (Bukan Ashar atau Asyar)

Kata yang benar adalah Asar, bukan Ashar. Kata ini berasal dari bahasa Arab Asr yang merujuk pada waktu salat pada sore hari. Selanjutnya penyesuaian dalam bahasa Indonesia menggantikan “sh” dengan “s”.

16. Magrib (Bukan Maghrib atau Mahrib)

Bentuk yang benar adalah Magrib. Kata ini berasal dari bahasa Arab Maghrib, merujuk pada waktu salat saat matahari terbenam. Selanjutnya penyesuaian dalam bahasa Indonesia menghilangkan huruf “h”.

17. Isya (Bukan Isya’)

Penulisan yang benar adalah Isya, tanpa tanda petik di akhir. Kata ini berasal dari bahasa Arab Isha yang merujuk pada waktu salat pada malam hari. Selanjutnya penyesuaian ejaan dalam bahasa Indonesia menghilangkan tanda apostrof.

 

Pentingnya Kata Baku

Apabila kita menggunakan bahasa Indonesia yang baku dalam tulisan, terutama dalam konteks resmi seperti artikel, media sosial, atau publikasi keagamaan; hal itu mencerminkan rasa hormat terhadap bahasa nasional. Selain itu, penggunaan kata yang tepat juga menghindarkan kesalahpahaman dalam komunikasi.

Dengan memahami dan membiasakan diri menggunakan kata-kata yang benar, kita turut berkontribusi dalam melestarikan bahasa Indonesia. Selamat menjalankan ibadah Ramadan dengan penuh makna dan mari kita lestarikan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar!

Kata Baku Edisi Ramadan