Buku ini menceritakan pengalaman Mahéng, seorang volunteer setelah mengikuti program Village Development Expedition di Pulau Runduma, Tomia, Wakatobi yang diinisiasi oleh Barakati Indonesia. Melalui pengalamannya, Mahéng menyadari bahwa penilaian kita terhadap Indonesia sering kali bias, terutama terhadap masyarakat pedesaan.
Mahéng menolak stigma bahwa masyarakat pedesaan dianggap “tidak modern” dan “tertinggal”. Ia berpendapat bahwa pendidikan terbaik adalah pendidikan yang berakar, tidak mencabut siswa dari akar budayanya. Fokus pendidikan seharusnya pada pemberdayaaan masyarakat pedesaan, bukan memaksa mereka pindah ke kota untuk mencari penghidupan.
Buku ini mengajak kita merenungi pembangunan masyarakat dari perspektif yang lebih luas, tidak hanya dari segi fisik, tetapi juga dari segi “metafisik”, sosial, dan budaya. Pembangunan seharusnya menciptakan kesempatan setara bagi semua orang dan memberdayakan, bukan memperdaya masyarakat.