Dominasi abad pencerahan lalu disusul abad modern yang berparadigma antroposentrik berdampak pada peminggiran kutub Ekologi dan bahkan Tuhan sekaligus. Pada ranah mikro, kita dapat merasakan bagaimana standarisasi yang berhasrat penyeragaman itu lalu meminggirkan segala macam narasi-narasi yang dianggap menyimpang dari narasi besar. Antropologi manusia modern yang kemudian membentuk karakteristik subjek dominan, hegemoni, dan tentu saja instrumental lalu berdampak pada peminggiran narasi lokal, kebenaran bersifat terpusat, bahkan narasi karakter jelas tidak menjadi bagian yang penting untuk diperbincangkan.
Di sisi lain, paradigma developmentalisme yang menekankan pada ukuran statistik dalam pembangunan masyarakat kenyataannya bergeser ke arah peminggiran manusia itu sendiri. Tolak ukur materialistik menjadi dominan dan meminggirkan hal-hal mendasar dalam pembangunan manusia itu sendiri, yakni karakter.
Dalam konteks demikianlah, kehadiran buku ini penting kiranya untuk menyuguhkan ke khalayak umum dalam memperbincang- kan karakter dalam berbagai dimensi, bentuk dan bahkan model yang dapat menjadi kontribusi penting dalam upaya mencapai tujuan mendasar dari pembangunan berkelanjutan.