Di bawah naungan sejarah panjang Kerajaan Mataram Islam, tujuh mahasiswa memulai perjalanan pengabdian mereka di Kedaton, Yogyakarta. Desa ini bukan sekadar tempat dengan potensi agraris yang melimpah, tetapi juga menyimpan jejak sejarah dan tradisi yang membutuhkan inovasi untuk bertahan di tengah modernitas. Pengabdian ini adalah kisah tentang kolaborasi, perjuangan, dan harapan. Di tengah tawa ibu-ibu KWT, di balik tangan-tangan yang bekerja dengan penuh dedikasi, dan di setiap sudut desa yang penuh sejarah, mereka menemukan makna pengabdian yang sesungguhnya.
Sebuah perjalanan yang bukan hanya memberi dampak dan perubahan, tetapi juga meninggalkan jejak mendalam pada diri mereka yang terlibat. Pengabdian ini membuktikan bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil yang dilakukan bersama dengan hati.
