Pamor keris dipersepsikan memiliki makna, tangguh, petuah, hikmah, dan tuah. Itulah sebabnya pamor terbaik disesuaikan dengan sang pemilik. Kemudian oleh sang pemilik, pamor dipelajari, dipahami, diresapkan dalam pikiran sadar dan bawah sadar, diolah dan dikaitkan dengan tugas pokok dan fungsi, wewenang, dan jabatan dengan perspektif SINAP (sistem nilai, asumsi, persepsi dan pengetahuan). Keyakinan bahwa pemakai pusaka keris ini mampu melakukan PBC (Perception Behavior Control) untuk berperilaku seperti harapan (hikmah keris), akan mendorong, memotivasi, memicu untuk berbicara dan berperilaku seperti pamor keris pusaka piyandelnya. Sebilah keris sebagai logam juga bisa menangkap resonansi getaran dari suara manusia, gamelan, dan atau doa di dekatnya. Selanjutnya getaran resonansi ini ditangkap juga oleh ganglia, batang otak dan bagian otak lainnya. Akibatnya getaran ini mempengaruhi otak dan hormon serta karakter pemegangnya.
Dengan menggunakan media keris pusaka tersebut sang pemakai telah melakukan proses sugesti, afirmasi, motivasi, dan hipnosis diri agar berperilaku seperti pamor keris sebagai akibat eksoteris psikologis. Perilaku pemakai keris berpamor tersebut juga dipengaruhi olen niat dan karakter diri yang kuat (nature) untuk mampu menjadi orang yang bermanfaat bagi semua umat (rohmatan lil alamin, mangasah mingising budi, memasuh malaning bumi, memayu hayuning bawana).