Sastra dianggap mencerminkan kehidupan. Bagaimana sebuah novel yang menyinggung periode dua puluh empat jam, seperti Ulysses karya James Joyce, berbeda dari sebuah buku yang hanya mencatat segala sesuatu yang terjadi dalam dua puluh empat jam? Atau bagaimana sebuah film yang berbeda dari seseorang dengan kamera film yang hanya berjalan secara acak selama dua atau tiga jam dan merekam apapun yang ia lihat? Bukankah kedua-duanya mencerminkan kehidupan? Sastra tidak hanya merekam tapi juga menafsirkan kehidupan. Ia tidak hanya mencerminkan tapi juga menaruh fokus pada kehidupan itu. Sastra adalah cermin, tapi amat spesial. Ini adalah cermin di mana kita dapat melihat diri kita lebih jelas dari sebuah cermin biasa. Melalui proses seleksi artistik, penulis berupaya menyederhanakan seraya pada saat yang sama menjelaskan dan memperdalam pengalaman tersebut. Ia memilih apa yang paling penting, yang paling dasar. Dengan kata lain, sastra mencoba membuat kehidupan ini masuk akal: merefleksikan makna hidup.
Lewat buku ini, pembaca akan digiring untuk menikmati analisis ringan terhadap sejumlah karya sastra Inggris lengkap dengan sejumlah sastrawan Inggris (termasuk Amerika dan Australia) yang boleh jadi tidak banyak ditemukan dalam buku-buku berbahasa Indonesia. Buku ini cocok buat mahasiswa sastra Inggris atau siapa saja yang ingin berkenalan dengan sastra dan sastrawan Inggris kontemporer, termasuk pengantar tentang teori kesusastraan.