Lingkungan sekolah salah satu tempat yang rawan terjadinya bullying terutama bagi kalangan remaja. Bullying bisa disebut sebagai perilaku agresif yang disengaja, menyakiti, serta dilakukan secara berulang-ulang. Bentuk bullying dapat diklasifikasikan menjadi verbal, fisik, psikologis, dan cyber. Apa pun bentuknya, bullying berdampak buruk bagi korban. Dalam konteks neurosains, pada korban bullying terjadi perubahan sistem saraf, seperti perubahan pelepasan neurokimia, struktur saraf, dan aktivitas saraf. Upaya pencegahan bullying telah banyak dilakukan, namun belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Oleh karena itu, perlu adanya pendekatan baru, salah satunya adalah neuropsikologi dengan pendekatan Islam yaitu usaha pencegahan bullying dengan pendekatan neurosains, psikologi, dan pembelajaran Islam.
Dalam praktiknya, intervensi neuropsikologi dengan pendekatan Islam berfokus pada memberdayakan individu yang mengalami gangguan emosional dan perilaku untuk mencapai kepribadian positif, bermental sehat, dan berkarakter baik. Di antara bentuk intervensi neuropsikologi dengan pendekatan Islam yaitu: (1) pengendalian diri melalui pembiasaan ibadah puasa, (2) pengendalian diri melalui kerja sama dan nilai-nilai persahabatan, (4) pengendalian diri melalui kegiatan religius, (5) pengendalian diri melalui rasa empati dan tolong menolong, (5) pengendalian diri melalui rasa sabar, (6) pengendalian diri melalui bimbingan, (7) serta pengendalian diri melalui kegiatan olahraga atau ekstrakulikuler.