Indonesia merupakan penghasil kakao utama dan saat ini menduduki peringkat ketiga dunia dalam produksi biji kakao. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi biji kakao Indonesia tahun 1990 hanya 142.347 ton. Angka tersebut telah meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun dan pada tahun 2023 mencapai 1.460.396 ton. Kakao disebut sebagai makanan super (superfood) karena kandungan nutrisinya yang tinggi dan manfaat bagi kesehatan yang sudah terbukti. Biji kakao kaya akan karbohidrat (31%), protein (11%), lemak (54%), serat (16%) dan mineral. Setiap bagian tanaman kakao juga merupakan sumber senyawa bioaktif yang memiliki manfaat tinggi. Komponen bioaktif utama adalah polifenol yang terdiri dari flavonoid dan non-flavonoid. Komponen bioaktif dengan aktivitas antioksidan dan anti-inflamasi serta berkontribusi pada berbagai manfaat kesehatan. Pengetahuan tentang senyawa bioaktif dalam kakao dan produk kakao menunjukkan bahwa zat aktif dari setiap bagian tanaman kakao dapat dikonsumsi sebagai bagian dari makanan bergizi yang sehat dan meningkatkan kesehatan.
Views: 858
Menyukai ini:
Suka Memuat...

Buku Dadiah: Fermentasi Tradisional sebagai Solusi Alami untuk Diabetes Melitus mengungkapkan mengenai potensi manfaat kesehatan dari dadiah, makanan tradisional khas Sumatra Barat, terutama dalam konteks pengelolaan diabetes dan peningkatan aktivitas insulin. Melalui analisis yang mendalam, buku ini menunjukkan bahwa dadiah memiliki kandungan bioaktif yang dapat meningkatkan respons insulin, yang pada…

Sampah dianggap sebagai ancaman serius bagi masyarakat. Produksi sampah di negara kita mencapai 21,88 juta ton pada tahun 2021. Dari jumlah tersebut tercatat bahwa sampah organik masih merajai jenis sampah di Indonesia, yaitu sebesar 60 persen, disusul sampah plastik 14 persen. Sampah organik berkontribusi dalam memperburuk perubahan iklim yang memicu…

Asam suksinat (C4H6O4) banyak dimanfaatkan dalam berbagai industri, seperti pangan, kimia, metal, pertanian, hingga farmasi sebagai perasa, prekursor, surfaktan, pelarut, dan bahan aditif. Namun, proses produksi asam suksinat skala industri membutuhkan biaya yang tinggi dan sering kali dapat berdampak buruk pada lingkungan. Bahan bakunya pun merupakan senyawa dari turunan petrokimia…