Aku yang pura-pura melupakanmu perlahan-lahan mengikhlaskanmu. Bukan tak mampu untuk berjuang lebih jauh. Jangan salah paham. Bohong jika aku tak ingin memilikimu. Jelas aku ingin bersamamu. Namun, membiasakan diri dari rasa sakit itu lebih baik bagiku. Sejauh ini aku hanya menjalankan skenario Tuhan. Sampai dimana nantinya aku benar-benar mengikhlaskan mu. Bukan lagi memaksa hati dan pikiranku. Ikhlas mencintaimu, ikhlas pula melepaskanmu.
Aku salah dengan menaruh ekspektasi ku terlalu tinggi pada mu, menganggap kau adalah rumah teduh yang akan melindungi ku, menghangatkan dan terus mendekap ku. Tapi ternyata kau diam-diam menyusun strategi untuk meninggalkan ku, merasa sakit dan pasrah akan takdir Tuhan yang selalu bersamamu.
Tapi sebenarnya perpisahan ini adalah buah dari keegoisan kita