fbpx
Lompat ke konten

Bintang Pustaka I Penerbit Buku Pendidikan I Anggota IKAPI

Sale!

Sanad Peradaban : Memahami Asal-usul dan Hakikat Moderasi dalam Kajian Keislaman

Original price was: Rp130.000.Current price is: Rp110.500.

Bagi kebanyakan orang, moderasi Islam cenderung dipersepsikan sebagai pemahaman kelompok Islam yang kontekstual, tetapi di sisi lain dianggap tidak mewakili ajaran “kelompok sunah”. Pahahal, sunah adalah sumber dari moderasi dalam akidah, akhlak, dan fikih yang tidak tampak di permukaan, bahkan merupakan fondasi peradaban itu sendiri. Misi Nabi saw. menurut catatan masa lalu kenabian sesungguhnya adalah mendahulukan kemanusiaan sebelum keberagamaan. Masa lalu ini menginspirasi peradaban yang dipelopori oleh tokoh-tokoh Islam dengan legitimasi atau sanad yang mereka miliki. Ini bukti keabsahan dari sebuah sanad peradaban. Hal paling kongkret adalah posisi tengah pandangan dan amalan aswaja di antara kecenderungan tiga tipologi umat Islam di dunia, yaitu tekstualis, rasionalis, dan spiritualis. Amalan atau kerja mereka harus dapat dikonfirmasi memiliki hubungan keabsahan dari para pewaris Nabi saw. sebagai otoritas keagamaan, bukan sekadar legitimasi ketokohan. Dengan demikian, masyarakat muslim tidak akan ragu bahwa mereka sedang melakukan kerja peradaban dan kerja itu sesuai sunah tanpa perlu disebut “nyunnah”.

Jelas bahwa sunah bukan soal kover, tetapi redaksi, inti sari dan kondisi pesan yang masih asli. Oleh karena itu, wacana perkembangan sunah meskipun baik untuk semua orang tetap membutuhkan takaran agar tidak kontra produktif dengan peradaban sebagaimana tujuan tersembunyi dari rangkaian tema buku ini. Tujuan itu bukan untuk memutus sejarah, melainkan menyambungnya dengan tradisi intelektual yang baru, yaitu tradisi yang dibutuhkan di era media sosial dengan berbagai variasi aplikasi yang maju dan menggiring generasi ini untuk membaca, melihat, dan mendengar apa saja, dari mana saja, di mana saja. Mereka membutuhkan daya saring sebelum sharing. Tanpa mengerti asal-usul, sumber, dan latar belakang pembawa informasi, terlebih pesan keagamaan, maka moderasi pemahaman hanyalah slogan atau bahkan manuver untuk memvonis kelompok lain sebagai radikal atau liberal. Tidak berlebihan, jika buku ini, dengan kemudahan bahasanya hendak menyingkap hakikat moderasi dalam bingkai Sanad Peradaban.

Bagi kebanyakan orang, moderasi Islam cenderung dipersepsikan sebagai pemahaman kelompok Islam yang kontekstual, tetapi di sisi lain dianggap tidak mewakili ajaran “kelompok sunah”. Pahahal, sunah adalah sumber dari moderasi dalam akidah, akhlak, dan fikih yang tidak tampak di permukaan, bahkan merupakan fondasi peradaban itu sendiri. Misi Nabi saw. menurut catatan masa lalu kenabian sesungguhnya adalah mendahulukan kemanusiaan sebelum keberagamaan. Masa lalu ini menginspirasi peradaban yang dipelopori oleh tokoh-tokoh Islam dengan legitimasi atau sanad yang mereka miliki. Ini bukti keabsahan dari sebuah sanad peradaban. Hal paling kongkret adalah posisi tengah pandangan dan amalan aswaja di antara kecenderungan tiga tipologi umat Islam di dunia, yaitu tekstualis, rasionalis, dan spiritualis. Amalan atau kerja mereka harus dapat dikonfirmasi memiliki hubungan keabsahan dari para pewaris Nabi saw. sebagai otoritas keagamaan, bukan sekadar legitimasi ketokohan. Dengan demikian, masyarakat muslim tidak akan ragu bahwa mereka sedang melakukan kerja peradaban dan kerja itu sesuai sunah tanpa perlu disebut “nyunnah”.

Jelas bahwa sunah bukan soal kover, tetapi redaksi, inti sari dan kondisi pesan yang masih asli. Oleh karena itu, wacana perkembangan sunah meskipun baik untuk semua orang tetap membutuhkan takaran agar tidak kontra produktif dengan peradaban sebagaimana tujuan tersembunyi dari rangkaian tema buku ini. Tujuan itu bukan untuk memutus sejarah, melainkan menyambungnya dengan tradisi intelektual yang baru, yaitu tradisi yang dibutuhkan di era media sosial dengan berbagai variasi aplikasi yang maju dan menggiring generasi ini untuk membaca, melihat, dan mendengar apa saja, dari mana saja, di mana saja. Mereka membutuhkan daya saring sebelum sharing. Tanpa mengerti asal-usul, sumber, dan latar belakang pembawa informasi, terlebih pesan keagamaan, maka moderasi pemahaman hanyalah slogan atau bahkan manuver untuk memvonis kelompok lain sebagai radikal atau liberal. Tidak berlebihan, jika buku ini, dengan kemudahan bahasanya hendak menyingkap hakikat moderasi dalam bingkai Sanad Peradaban.

Jumlah Halaman

xx + 203

Penulis

Dr. H. Ribut Nur Huda, M.Pd.I., M.A., H. Alfiyan Toni, M.Si.

Ukuran Buku

14 x 20

Kategori