Fir’aun seorang raja berbuat zalim kepada Bani Israil, dengan sombong dan congkak menyebutkan dirinya sebagai tuhan. Fir’aun dicatat dalam deretan tokoh dajjajilah sepanjang sejarah, mewakili simbol penguasa zalim. Firaun tenggelam ditelan gelombang laut bersama bala tentaranya. Ketika dia merasa akan mati tenggelam, dia menyatakan beriman kepada Tuhan yang diimani oleh Musa a.s. dan Bani Israil. Pernyataan iman kepada Allah dan Nabi Musa a.s. diucapkan Fir’aun dengan kalimat: “Aku termasuk orang Islam.” Pengakuan Islam mengandung iman kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi pernyataan iman ini sangat terlambat pada saat tenggelam di tengah laut, tidak seorang pun yang dapat menolongnya. Pernyataan dalam keadaan demikian itu tidak diterima oleh Allah. Dengan demikian, kematian Fir’aun adalah dalam keadaan tidak beriman.
Taubat yang dilakukan Fir’aun termasuk taubat yang sia-sia atau taubat yang tidak diterima dikarenakan dilakukan saat ajal sudah tiba, nyawa sudah sampai tenggorokan. Karena taubat yang dilakukan Fir’aun itu tidak sama sekali memenuhi syarat-syarat taubat. Menurut catatan sejarah, mayat Fir’aun yang terdampar di pantai ditemukan oleh orang-orang Mesir, lalu diawetkan utuh sampai sekarang di Museum Kuno Mesir. Ditemukan jasad Fir’aun yang masih utuh disebutkan dalam surah Yunus [10] ayat 92: “Pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar kamu menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelah kamu. Sesungguhnya kebanyakan manusia benar-benar lengah (tidak mengindahkan) tanda-tanda (kekuasaan) Kami.”