Lompat ke konten

Bintang Pustaka I Penerbit Buku Pendidikan I Anggota IKAPI

Interferensi Bahasa, Penutur yang Mencampurkan Bahasa

Interferensi Bahasa, Penutur yang Mencampurkan Bahasa

Interferensi Bahasa, Penutur yang Mencampurkan Bahasa

Anak-anak Jakarta Selatan terkenal dengan bahasa mereka yang mencampurkan bahasa Inggris dalam penuturan sehari-hari. Istilah dalam ilmu linguistik untuk menyebut kegiatan mereka adalah interferensi bahasa. Mari bahas kedudukan bahasa Indonesia terlebih dahulu.

Bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan, yaitu bahasa nasional dan bahasa negara. Bahasa juga memiliki fungsi-fungsi sesuai kedudukannya. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia bersumber dari bunyi ikrar Sumpah Pemuda. Sebagai bahasa negara, Bahasa Indonesia disahkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 36 (Duwi Rahmadi, 2017).

Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai

  1. Lambang kebanggaan nasional
  2. Lambang identitas nasional
  3. Alat pemersatu bangsa
  4. Alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah

Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai

  1. Bahasa resmi kenegaraan
  2. Bahasa pengantar di lembaga pendidikan
  3. Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional
  4. Bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan nasional, pengetahuan, dan teknologi

Interferensi bahasa adalah penyimpangan norma kebahasaan yang terjadi dalam ujaran dwibahasawan karena keakrabannya terhadap lebih dari satu bahasa, yang disebabkan karena adanya kontak bahasa. Dalam kenyataannya, interferensi bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dipengaruhi oleh beberapa hal. Faktor penyebab timbulnya interferensi menurut Weinrich (dalam Sukardi, 1999), yaitu

  1. kontak bahasa,
  2. tidak cukupnya kosakata suatu bahasa dalam menghadapi kemajuan,
  3. menghilangnya kata-kata yang jarang digunakan,
  4. kebutuhan akan sinonim,
  5. prestise bahasa sumber, dan
  6. tipisnya kesetiaan terhadap bahasa penerima,

Salah satu penyebab selain yang dikemukakan di atas adalah karena tingkat pendidikan penutur atau pengguna bahasa tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin banyak pula ragam bahasa yang digunakan. (Keraf, 2004).

Secara umum, Ardiana (1990) membagi interferensi menjadi lima macam, yaitu

  1. Interferensi kultural dapat tecermin melalui bahasa yang digunakan oleh dwibahasawan. Dalam tuturan dwibahasawan tersebut muncul unsur-unsur asing sebagai akibat usaha penutur untuk menyatakan fenomena atau pengalaman baru.
  2. Interferensi semantik adalah interferensi yang terjadi dalam penggunaan kata yang mempunyai variabel dalam suatu bahasa.
  3. Interferensi leksikal, harus dibedakan dengan kata pinjaman. Kata pinjaman atau integrasi telah menyatu dengan bahasa kedua, sedangkan interferensi belum dapat diterima sebagai bagian bahasa kedua. Masuknya unsur leksikal bahasa pertama atau bahasa asing ke dalam bahasa kedua itu bersifat mengganggu.
  4. Interferensi fonologis mencakup intonasi, irama penjedaan. dan artikulasi.
  5. Interferensi gramatikal meliputi interferensi morfologis, fraseologis, dan sintaksis.

Melihat fenomena mencampurkan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang kerap dilakukan oleh anak-anak Jaksel, interferensi yang mereka lakukan termasuk ke dalam jenis interferensi leksikal dan fonologis. Pencampuran  bahasa dilakukan dengan menggunakan beberapa kata dari bahasa asing tersebut dengan pengucapan yang juga mengikutinya.

Interferensi Bahasa, Penutur yang Mencampurkan Bahasa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *