“Jangan panggil aku ‘banci’!
Ejekanmu menyeretku ke dalam pasir hisap, semakin aku ingin berontak semakin terperosok ke dalam. Meninggalkan luka, mengaburkan identitas lama, yang dalam diam dan perlahan memberikan ‘baju duri’ yang baru untukku.”
Ejekan merupakan salah satu bentuk perilaku verbal bullying yang sering kali hanya dianggap sebagai candaan lalu berlanjut menjadi kebiasaan. Orang yang mengejek bahkan tidak berpikir sejauh mana perilaku yang mereka perbuat bisa menimbulkan dampak yang demikian besar bagi kehidupan seseorang. Sayangnya, hal ini sudah menjadi wajar yang dianggap biasa saja dalam kehidupan sehari-hari. Selama tidak ada luka dan darah yang mengalir, maka hal itu bukanlah dianggap sebagai suatu kejahatan. Padahal, bullying yang menimbulkan dampak negatif bukan hanya diakibatkan oleh penganiayaan yang dilakukan secara fisik. Namun, bullying yang dilakukan secara verbal pun mampu melukai seseorang secara psikis hingga berakibat fatal bagi masa depan korban, khususnya bagi dinamika perkembangan identitas diri remaja yang masih dalam upaya menemukan jati diri. Buku ini mampu mengajak kita menjelajahi dinamika perkembangan identitas remaja korban bullying melalui beberapa kisah yang dialami para korban dan perjuangan mereka menemukan identitas diri dalam pergulatan melawan perilaku bully sepanjang kehidupan mereka.