fbpx
Lompat ke konten

Bintang Pustaka I Penerbit Buku Pendidikan I Anggota IKAPI

Pentingnya Membuat Outline Sebelum Menulis Naskah

Salah satu cara untuk memudahkan penulis untuk menyelesaikan naskah tulisan adalah dengan membuat outline. Outline adalah sebuah kerangka atau panduan yang dibuat oleh penulis sebagai sebuah peta perjalanan tulisan. Dalam penulisannya, outline dapat memuat tentang alur-alur naskah dari awal hingga akhir. Outline berfungsi untuk membantu penulis untuk tetap fokus dan terarah pada naskah yang sedang dikerjakannya. Dalam penulisan buku baik fiksi maupun non fiksi, outline bisa ditulis per bab bahkan per sub bab. Bahkan penulis bisa menuliskan sumber referensi untuk tiap bagian dalam outline. Harapannya penulis bisa terus menulis dan terhindar dari writer’s block.

Apakah outline yang dibuat tidak bisa diubah dan wajib diikuti oleh penulis? Pada dasarnya fungsi outline adalah membantu dan memudahkan penulis serta dibuat oleh penulis itu sendiri. Outline dapat bertambah atau berkurang sesuai kebutuhan penulis saat pengerjaan naskah, tetapi bukan berarti harus menghapus semua outline yang dibuat di awal.

Misalnya, seorang penulis membuat outline untuk lima bab buku, ternyata di tengah perjalanan menulis, penulis membutuhkan referensi lebih di luar dari outline yang sudah dibuatnya. Maka, penulis boleh untuk menambahkan referensi ke dalam outline guna keperluan naskah. Begitu pun sebaliknya, jika ternyata ada bagian yang dirasa sudah cukup dan berlebihan, maka penulis boleh menghapus bagian outline yang tidak diperlukan. Pentingnya membuat outline sebelum menulis naskah lainnya adalah menghindari pengulangan pembahasan. Dalam satu buku biasanya terdiri dari beberapa bab dengan pembahasan yang berbeda-beda. Dengan adanya outline, penulis bisa tahu mana topik yang sudah atau belum dibahas.

Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membuat outline. Cara-cara tersebut diantaranya:

  1. Menentukan Tema dan Judul

Tema adalah gagasan pokok atau dasar utama suatu cerita. Penulis sebaiknya menentukan terlebih dulu tema apa yang hendak diambil baru kemudian menentukan judul. Tema yang dipilih harus dipastikan memiliki sumber yang mudah ditemukan sehingga tema dapat dikembangkan. Sementara itu, penentuan judul harus sesuai atau berkaitan dengan tema yang diambil.

  1. Mengumpulkan Bahan dan Sumber Tulisan

Menulis tak serta merta mengandalkan imajinasi semata. Penulis pun perlu melakukan riset terhadap tulisan yang digarapnya. Bahan dan sumber tulisan perlu dituliskan di dalam outline agar memudahkan penulis untuk menemukannya kembali. Dalam menulis tentu penulis membutuhkan lebih dari satu sumber, maka menuliskan dan mengumpulkan sumber tulisan adalah cara agar bahan tidak tercecar. Sumber tulisan juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas tulisan.

Baca juga: Tulisanmu Masih Kaku? Tingkatkan Kualitas Tulisanmu Dengan Cara Ini

  1. Membuat Kerangka Karangan

Setelah bahan dan sumber tulisan terkumpul, maka penulis perlu membuat kerangka karangan. Penulis dapat membagi sumber-sumber tulisan ke dalam bab-bab yang akan ditulisnya untuk memudahkan dalam pengerjaan naskah. Tujuan dari pembagian ini agar tulisan menjadi sistematis. Berikut adalah contoh outline fiksi sederhana yang bisa dilakukan oleh penulis:

  1. Bagian I: Pengenalan Karakter

Pada bagian pengenalan karakter tokoh, penulis perlu menuliskan detail nama dan karakter pendukung dari tokoh sehingga karakter tersebut melekat pada tokoh hingga akhir cerita.

  1. Bagian II: Kehidupan Tokoh

Pada bagian ini, penulis dapat menuliskan bagaimana tokoh menjalani kehidupan kesehariannya baik di rumah maupun lingkungan pertemanan dan sosial.

  1. Bagian III: Hubungan Tokoh

Setiap tokoh bisa berhubungan satu sama lain, seperti pertemanan, kekeluargaan, dan asmara. Penulis dapat menuliskan hubungan antar tokoh atau membuat garis hubungan.

  1. Bagian IV: Konflik

Sebuah cerita identik dengan adanya konflik sehingga penulis perlu memasukkan konflik dalam cerita.

  1. Bagian V: Penyelesaian Konflik

Pada akhir kisah, penulis perlu menunjukkan bagaimana tokoh akhirnya menyelesaikan konflik yang dialami. Dari kelima bagian tersebut kemudian dapat di-breakdown menjadi bab-bab dalam naskah. Tiap-tiap bab kemudian dapat dituliskan dari sumber-sumber pendukung yang telah dikumpulkan sebelumnya sehingga naskah yang dibuat tetap masuk di akal.

Misalnya, breakdown pada bagian pengenalan tokoh siswa SMA. Penulis perlu meriset usia anak SMA dan apa saja yang bisa dilakukannya. Siswa SMA yang diperkenalkan sebagai seorang berprestasi di bidang akademik tentu lebih masuk akal dibandingkan siswa SMA berusia 15 tahun yang menjadi CEO di perusahaan keluarga.

Baik naskah fiksi maupun non fiksi, pada dasarnya sama-sama membutuhkan outline. Sebab, kembali lagi bahwa tujuan outline adalah untuk memudahkan penulis untuk tetap fokus dan dapat menyelesaikan naskah. Bagaimana dengan Anda? Sudahkah membuat outline terlebih dulu sebelum mengeksekusi naskah?