fbpx
Lompat ke konten

Bintang Pustaka I Penerbit Buku Pendidikan I Anggota IKAPI

Menulis Prakata, Bedanya dengan Menulis Kata Pengantar

Biasanya orang awam akan menyebut bahwa kata pengantar dan prakata adalah sama, sama-sama halaman pembuka. Kita juga sering bingung dan salah mendefinisikan keduanya. Padahal prakata dan kata pengantar berbeda loh baik dari orang yang membuatnya maupun isinya.

Perbedaan prakata dan kata pengantar adalah sebagai berikut:

@ivanlanin

Di atas adalah tabel perbedaan antara kata pengantar dengan prakata. Kata pengantar harusnya ditulis oleh orang lain, petinggi, atau orang yang kita hormati. Namun, ada kalanya juga kata pengantar diartikan sama dengan prakata. Padahal keduanya jelas berbeda, seperti yang terlihat pada gambar di atas. Berikut ada 2 contoh prakata yang bisa kamu baca dan pahami.

 

Contoh Prakata Pertama

PRAKATA

Apa yang ada dipikiran Anda bila mendengar “kolam ikan” atau “budidaya perikanan”? Sebagian masyarakat akan berpikir bahwa lokasi atau kegiatan tersebut berada di kampung atau daerah pedesaan. Anggapan tersebut sedikit benar, karena kenyataannya lokasi kolam air tawar di Indonesia umumnya berada di lokasi dengan lahan yang cukup luas dan sumber air berlimpah.

Arus modernisasi dan pembangunan di suatu daerah menyebabkan kolam ikan jadi berada di tengah kota, tetapi lokasinya tetap akan terpinggirkan. Hal ini karena lahan yang tadinya digunakan untuk kegiatan budidaya perikanan air tawar dialihfungsikan untuk kebutuhan aktivitas manusia yang dianggap lebih prioritas seperti pemukiman, industri, atau pertokoan. Kenyataan tersebut merupakan salah satu faktor yang menyebabkan produktivitas budidaya ikan air tawar semakin berkurang.

Untuk mempertahankan eksistensi kegiatan budidaya perikanan air tawar dan menjaga keseimbangan produksi maka perlu dicari suatu terobosan teknologi budidaya yang dapat diterapkan di perkotaan dengan kondisi lahan yang sempit dan sumber air terbatas. Hal ini pula yang mendasari pemikiran penulis Staf Peneliti Bidang Lingkungan Budidaya pada Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) Bogor untuk menciptakan metode budidaya ikan dengan konsep hemat lahan, hemat air, mudah, dan menguntungkan.

Setelah melalui serangkaian penelitian dan pengembangan yang cukup panjang, terciptalah suatu paket teknologi budidaya yang sanggup menjawab tantangan tersebut. Teknologi ini dinamakan budidaya yuminai-bumina. Suatu teknik budidaya yang mengkombinasikan antara tanaman sayuran dengan ikan (yumina) dan tanaman buah dengan ikan (bumina).

Secara ekonomi, budidaya yumina-bumina memberikan keuntungan lebih besar hingga 40-60% dibandingkan dengan teknik budidaya lainnya. Selain itu, teknik ini dapat diterapkan dalam berbagai skala, mulai dari kolam berukuran 1-10 m2 (skala kecil/rumah tangga) hingga kolam yang ukurannya ratusan meter persegi (skala industri).

Buku ini disusun berdasarkan berbagai hasil penelitian dan pengembangan oleh para Peneliti Lingkungan dari Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor dan didukung hasil wawancara dengan beberapa praktisi, kelompok tani, serta pembudidaya ikan yang telah berhasil menerapkan budidaya yumina-bumina secara swadaya,

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberi dukungan berupa materi tulisan, informasi, dokumentasi, serta waktu untuk membantu penulis sehingga dapat menyusun buku budidaya yumina-bumina secara lengkap.

Harapan penulis, buku ini tidak hanya menjadi bahan bacaan yang bermanfaat, tetapi juga dapat menginspirasi berbagai lapisan masyarakat, hobiis, pembudidaya, dan ibu rumah tangga untuk melakukan suatu kegiatan yang edukatif, inovatif, serta produktif sehingga mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kesejahteraan keluarga.

Oktober, 2015

 

Penyusun

 

Contoh Prakata Kedua

PRAKATA

Menyimak tentang dunia ekologi, khususnya yang berkaitan dengan mata kuliah ekologi tumbuhan pada tahun-tahun terakhir ini, baik yang ada di Fakultas MIPA maupun FKIP  Universitas Ahmad Dahlan serta perguruan tinggi lain yang ada di Indonesia benar-benar merupakan isu yang dinamis. Munculnya istilah, definisi, konsep, teori,hukum, dan konvensi dalam ilmu ekologi adalah sebuah dokumen hidup (a living document).

Bagi orang-orang awam, kedinamisan perbincangan isu ekologi menyebabkan banyak mahasiswa, guru, dan pegiat lingkungan ketinggalan informasi perkembangannya. Banyaknya term, istilah masa lalu yang masih dipakai, dan munculnya berbagai konsep, istilah, atau jargon telah menimbulkan kesalahpahaman dalam belajar, berdiskusi, bahkan sampai kesalahan penyusunan kebijakan, atau dalam pengambilan keputusan.

Buku ini disusun untuk membantu para pembaca/ mahasiswa memahami istilah atau keyword yang sering ditemui dalam ekologi dan ilmu lain yang berkaitan dengan ekologi. Telah banyak buku, artikel, atau referensi tentang ekologi yang dapat ditemui di berbagai media maupun website. Buku keyword ekologi ini diharapkan memperkaya referensi yang telah ada khususnya  melengkapi referensi mahasiswa dan para peggiat dunia ekologi.

Istilah, konsep, maupun keyword dalam buku ini diperoleh dari berbagai sumber baik yang diterbitkan cetak, literatur online maupun yang offline, materi kuliah ekologi dan ilmu lingkungan, berbagai workshop, ataupun hasil komunikasi langsung dengan parapakar ekologi. Harapannya, buku ini dapat membantu pembaca dan mahasiswa untuk memahami perkembangan isu sekitar dunia ekologi, khususnya ekologi tumbuhan, serta dapat menerapkan hasil belajarnya.

Terima kasih kepada Dr. Trikinasih Handayani, M. Si. Selaku dekan FKIP yang telah memotivasi penulis, serta kepada pihak Samudra Biru yang telah menerbitkan buku ini. Terimakasih juga kepada para mahasiswa yang telah membaca dan menggunakan buku ini sebagai salah satu referensi dalam diskusi, belajar, dan penelitiannya. Tiada gading yang tak retak, penulis selalu menantikan saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan buku keyword ekologi ini.

Nogotirto, 2017

Hendro Kusumo EPM

 

Contoh Prakata Ketiga

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi dengan dapat diselesaikannya buku Pedoman Publikasi Ilmiah. Buku ini disusun karena banyak pertanyaan dari peneliti: kemana mempublikasikan temuan penelitiannya? Bagaimana memilih wadah publikasi yang baik? Bagaimana cara mengirimkan dan prosedur untuk setiap jenis publikasi?

Banyak yang sudah terlanjur menerbitkan dan menjadi korban jurnal “predator” dan penyelenggaraan konferensi abal-abal. Dampaknya karya yang diterbitkan tidak diakui oleh tim penilai angka kredit jenjang jabatan fungsional baik dosen maupun peneliti.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu disusun suatu pedoman publikasi ilmiah yang akan menuntun dosen dan peneliti mempublikasikan hasil penelitian sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Sehingga saat menulis tidak terjebak bahkan salah memilih wadah publikasi.

Materi yang digunakan dalam penyiapan buku ini sebagian diperoleh dari makalah yang disampaikan dalam berbagai pelatihan yang diselenggarakan oleh Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual Kemenristekdikti. Materi tersebut telah disusun secara sistematis. Sehingga para dosen dan peneliti yang tidak berkesempatan mengikuti pelatihan dapat membaca buku ini dan menerapkannya sewaktu menyiapkan publikasi ilmiah. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada tim fasilitator pelatihan di bawah koordinasi Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual yang materinya kami kutip dalam buku ini.

Buku ini ini berisi pedoman publikasi ilmiah secara umum. Untuk panduan lebih spesifik bisa diperoleh melalui penerbit tempat naskah akan diterbitkan. Buku ini merupakan edisi pertama yang akan terus diperbarui sesuai dengan perkembangan gaya publikasi beserta tool yang dapat memudahkan penulis mempublikasikan karyanya. Saran dan masukan kami harapkan untuk edisi mendatang.

Semoga buku ini bermanfaat.

 

Tim Penyusun

Lukman

Suminar Setiati Achmadi

Wasmen Manalu

Deden Sumirat Hidayat

 

 

Tiga contoh di atas jika sudah dibaca penuh maka akan sangat terlihat berbeda dalam gaya penulisannya. Contoh pertama lebih santai dan bersifat ajakan bagi pembaca untuk melakukan sesuatu. Contoh kedua dan ketiga lebih formal dalam penyampaiannya. Nah sekarang terserah kamu ingin lebih memakai contoh pertama atau kedua nih sebagai referensi?