fbpx
Lompat ke konten

Bintang Pustaka I Penerbit Buku Pendidikan I Anggota IKAPI

Empat Kiat Menulis Puisi Modern yang Unik

Empat Kiat Menulis Puisi Modern yang Unik

Tidak ada aturan baku dan beku dalam membuat sebuah puisi beraliran modern. Penulis bebas dalam menentukan jumlah baris, jumlah bait, persajakan, maupun tipografi dalam puisi. Meski begitu, ada kiat-kiat supaya puisi yang ditulis bisa memiliki keunikan dan menarik untuk dibaca dan didengarkan. Berikut ini adalah empat kiat dalam menulis puisi:

  1. Diksi

Diksi merupakan pemilihan kata yang dilakukan oleh pensyair dalam menciptakan puisi. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang minim kata tetapi dapat memiliki maksimum makna, pemilihan kata harus dilakukan secermat mungkin. Kata-kata yang dipilih dalam puisi erat kaitannya dengan keselarasan bunyi, urutan kata, dan makna.

Gunakanlah kata-kata yang sederhana, indah, dan sarat makna. Pemilihan kata yang dilakukan dapat membuat pembaca merasa bahwa puisi ini sesuai dengan apa yang dirasakan. Di samping itu, kesederhanaan diksi yang dipilih pun akan memudahkan pembaca atau pendengar untuk masuk dan menjiwai puisi.

  1. Imaji

Imaji adalah kata atau susunan kata yang mampu mengungkapkan pengalaman indrawi, misalnya penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji-imaji tersebut dapat membuat pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami oleh pensyair ketika membuat sebuah puisi.

Contoh imaji yang dapat diterapkan dalam sebuah puisi adalah sebagai berikut:

Imaji Suara (auditif) “Yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara”

 

Imaji Penglihatan (visual) “kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis,”

 

Imaji Raba Atau Sentuh (Imaji Taktil) “Bersijingkat di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku.”

 

  1. Irama

Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Sedangkan irama adalah lagu kalimat yang digunakan penyair dalam mengapresiasikan puisinya.

Puisi bisa memiliki rima yang tidak konsisten. Pada bait pertama dan kedua dalam puisi dapat berakhiran huruf “a”. Pada bait ketiga dan keempat berakhiran “i,u,u” dan “a,u,u”. Pada bait kelima berakhiran “u,a,a,u”. Pada bait keenam berakhiran “u,u”. Begitu seterusnya pada bait-bait berikutnya

Meskipun terkesan tidak konsisten, keragaman rima pada puisi dapat menjadikannya sebagai keunikan. Keragaman rima mampu memperkaya kesan ketika puisi dibacakan. Irama yang dihasilkan terkesan lebih variatif karena susunan kata pada tiap barisnya menggunakan persajakan yang variatif pula.

 

  1. Kata konkret

Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indra yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang.

Membuat puisi yang menarik bisa dengan memunculkan beberapa kata konkret sebagai ciri khasnya. Misal, kata konkret “langit” melambangkan sesuatu yang tinggi dan tidak dapat untuk digapai, “burung” melambangkan sesuatu yang senang berkelana, singgah dari satu pohon ke pohon yang lainnya, dari satu tempat ke tempat yang lainnya, dan “cemara” melambangkan sesuatu yang mampu bertahan di musim apapun ia berada.

 

Baca Artikel Kapan dan Mengapa Kata Baku Harus Digunakan?

Empat Kiat Menulis Puisi Modern yang Unik